PENDAHULUAN
Tidak ada pengelola (administrator) unit perencanaan yang pernah mempersiapkan suatu rencana jangka panjang atau pendek sampai suatu penilaian mengenai variabel-variabel yang dapat mempengaruhi hasil kinerja yang telah dibuat. Penilaian-penilaian ini disebut asumsi karena semua itu mengidentifikasikan faktor-faktor yang diasumsikan ada ketika rencana-rencana dilaksanakan. Jika suatu upaya dibuat untuk direncanakan tanpa mempertimbangkan secara hati-hati variabel-variabel yang mungkin memiliki suatu dampak yang signifikan pada kemajuan gugus sekolah, rencana tersebut bisa jadi bernilai kecil.
Tujuan dari tulisan ini adalah sebagai berikut. Pertama, pengertian Asumsi Perencanaan, Perbedaan antara mempersiapkan asumsi perencanaan dan rencana –rencana pengembangan dijelaskan,karena pengelola (administrator) unit perencanaan seringkali rancu dengan kedua proses tersebut. Penjelasan ringkas mengenai proses, klarifikasi, dan jenis-jenis asumsi perencanaan diberikan. sebagian besar dari tulisan dipersembahkan kepada proses persiapan asumsi-asumsi perencanaan. Pertimbangan juga diberikan kepada berbagai metode untuk sampai pada asumsi-asumsi perencanaan dan sumber-sumber untuk menentukannya. Tulisan ini memberikan kesimpulan dengan menjelaskan bagaimana asumsi-asumsi perencanaan seharusnya dicatat.
A. PENGERTIAN
Mempersiapkan asumsi-asumsi perencanaan adalah memprediksikan kejadian-kejadian dan kondisi-kondisi yang paling banyak mempengaruhi kinerja para individu, departemen, sekolah, dan gugus sekolah secara keseluruhan.
Proses mempersiapkan asumsi-asumsi perencanaan seringkali dirancukan dengan perencanaan. Asumsi-asumsi berkenaan dengan apa yang akan terjadi di masa datang. Perencanaan baik untuk jangka waktu pendek atau jangka panjang berkenaan dengan apa yang seharusnya terjadi di masa datang. Mempersiapkan asumsi-asumsi perencanaan merupakan suatu bagian integral dari proses perencanaan.
B. TUJUAN ASUMSI-ASUMSI PERENCANAAN
Ketika asumsi-asumsi perencanaan disiapkan, di-up date,atau dimodifikasikan bila perlu,dan digunakan secara memadai, mereka dapat memberikan beberapa kegunaan yang bermanfaat. Yaitu :
1. Membantu para administrator mengantisipasikan kejadian-kejadian dan kondisi–kondisi yang akan terjadi dan rencana untuk semua itu daripada sekedar menunggu apa yang akan terjadi dan memberikan reaksi.
2. Membantu para pengelola (administrator) unit perencanaan untuk sampai pada beberapa kesimpulan mengenai masa depan yang dihadapai gugus sekolah dan, melalui pertimbangan kelompok, sampai pada serangkaian prediksi besar yang secara umum dapat diterima.
3. Melindungi unit perencanaan tidak hanya terhadap perubahan yang tidak dinginkan yang dapat terjadi melalui peristiwa-peristiwa terpendam, tetapi juga terhadap hal yang muncul dengan adanya perubahan-perubahan pada sebagian pengelola (administrator) unit perencanaan.
4. Memungkinkan proses perencanaan untuk dimulai dan mengalami kemajuan tanpa merencanakan asumsi-asumsi yang seharusnya ada sehingga banyak ketidakpastian yang akan diketahui oleh para pengelola unit perencanaan dimana untuk memulai perencanaan.
5. Bertindak sebagai salah satu dari beberapa pemeriksaan (chek) mengenai validitas rencana-rencana dengan melakukan sejumlah rencana kerja yang menonjol di luar proses perencanaan.
6. Bertindak sebagai poin-poin pemeriksaan (chekpoint) untuk revisi yang memungkinkan atas perencanaan; jika selama tahun ajaran sekolah kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi berbeda dari peristiwa-peristiwa yang diprediksikan,para administrator (pengelola) unit perencanaan segera berubah sehingga tindakan-tindakan korektif diperlukan untuk mempertahankan tujuan, rencana, dan alokasi sumber daya yang realistis dan ada sekarang.
7. Menuntun dan menyederhanakan proses perencanaan dengan meminimalkan faktor-faktor yang tidak diketahui.
8. Memberikan cita-cita jangka panjang dan tujuan jangka pendek yang lebih bermakna.
C. PEMBAGIAN ASUMSI PERENCANAAN
Asumsi-asumsi perencanaan adalah berorientasi waktu, dan beberapa diantaranya diklasifikasikan dalam dua kategori utama.
1. Asumsi-asumsi jangka panjang
Asumsi-asumsi jangka panjang adalah luas, prediksi secara keseluruhan mempengaruhi gugus sekolah secara keseluruhan, dan dapat meliputi tiga tahun atau lebih. Semua itu memberikan poin-poin acuan yang umum untuk semua pengelola unit kepada siapa asumsi-sumsi adalah saling berhubungan.Misalnya, suatu asumsi mengenai menurunnya peran yang akan melibatkan semua administrator (pengelola) unit perencanaan.Contoh-lain lain mengenai asumsi-asumsi jangka panjang bisa berkaitan dengan hal-hal seperti tingkat inflasi, perundang-undangan yang dapat berdampak pada gugus sekolah tersebut, dan kebutuhan akan fasilitas-fasilitas tambahan.
2. Asumsi-asumsi jangka pendek
Asumsi-asumsi jangka pendek secara khusus berlaku pada para pengelola (administrator) unit perencanaan individual. Semua itu umumnya lebih spesifik dalam mata pelajaran dan meliputi suatu periode satu bulan hingga satu tahun. Misalnya, manajer bisnis dapat merumuskan suatu asumsi yang meliputi penetapan-penetapan tawar-menawar kolektif, atau sautu asisten pengawas (penilik sekolah) untuk kurikulum dan pengajaran dapat mengembangkan suatu asumsi yang berkaitan dengan keusangan buku teks.
Perpaduan asumsi jangka panjang dan jangka pendek
Biasanya asumsi-asumsi perencanaan jangka panjang seharusnya berkaitan dengan kondisi-kondisi dan kejadian-kejadian yang sama sebagaimana asumsi-asumsi perencanaan jangka pendek.Yang berada di luar dua perangkat asumsi perencanaan ini adalah identik, tetapi dari tahun kedua hingga ke depan akan ada perbedaan-perbedaan yang mencolok. Untuk mengintegrasikan kedua perangkat asumsi perencanaan dengan basis tahunan ini,asumsi-sumsi perencanaan jangka pajang haruslah direkonsiliasikan dengan asumsi-asumsi perencanaan jangka pendek. Sehingga, semua asumsi perencanaan seharusnya, dengan menurut pengetahuan dan pengalaman terbaik, harus berada dalam lagu dengan realitas-realitas yang diharapkan.
D. JENIS-JENIS ASUMSI PERENCANAAN
Jenis-jenis asumsi perencanaan dikendalikan oleh kontrol. Secara dasar ada tiga jenis asumsi perencanaan.
1. Asumsi-asumsi Perencanaan yang tidak terkontrol
Asumsi-asumsi perencanaan yang tidak terkontrol berkaitan dengan faktor-faktor atau variabel yang terjadi di luar lingkungan sekolah, dimana gugus sekolah tidak memiliki kendali. Beberapa contohnya adalah :
a) Meningkat atau berkurangnya peran siswa
b) Perundang-undangan lokal, negara bagian dan federal.
c) Faktor-faktor ekonomi
d) Naik atau turunnya besarnya pendanaan
e) Lingkungan politik.
2. Asumsi-asumsi Perencanaan yang setengah dapat dikontrol
Asumsi-asumsi perencanaan yang semi dapat dikontrol merupakan faktor-faktor dalam lingkungan sekolah dimana gugus sekolah memiliki beberapa kontrol. Beberapa contohnya adalah :
a) Karakter perputaran staf
b) Gaji staf dan tunjangan di luar gaji (fringe benefit)
c) Arah kebijakan sekolah
d) Metode penilaian unjuk kerja
e) Naik atau turunnya anggaran yang diproyeksikan.
3. Asumsi-asumsi Perencanaan yang dapat dikontrol
Asumsi-asumsi perencanaan yang dapat dikontrol merupakan variabel-variabel di dalam lingkungan sekolah dimana gugus sekolah memiliki banyak pengontrolan. Beberapa contoh diantaranya adalah ;
a) Program pengajaran
b) Alokasi buku teks dan materi pelajaran.
c) Pembelian peralatan, furnitur, dan sejenisnya.
d) Pengawas pengumuman.
e) Cita-cita dan tujuan seluruh distrik.
E. METODE UNTUK MEMPERSIAPKAN ASUMSI PERENCANAAN
Asumsi-asumsi perencanaan adalah penting dalam setiap fase proses perencanaan sekolah. Masalah utama untuk para pengelola (administrator unit perencanaan akan akan diputuskan asumsi-asumsi yang manakah yang terpenting, yang seharusnya dipelajari secara mendalam, dan bagaimana sumber-sumber daya distrik sekolah digunakan untuk mengklarifikasikannya.
Asumsi-asumsi perencanaan dimasukkan dalam tiga kelompok besar.
1. Asumsi-asumsi perencanaan kualitatif adalah proyeksi-proyeksi yang telah dirumuskan melalui penilaian dari salah satu atau lebih orang.
2. Asumsi-asumsi perencanaan kuantitatif adalah peramalan-peramalan yang telah ditentukan melalui suatu formula atau perhitungan matematis.
3. Asumsi-asumsi perencanaan kualitatif/kuantitatif adalah proyeksi-proyeksi yang telah sampai pada suatu keputusan penilaian dan suatu formula atau perhitungan matematis.
1. Metode Peramalan Kualitatif
a). Metode : Delphi
Metode delphi adalah prosedur peramalan pendapat untuk memperoleh, menukar, dan membuat opini tentang peristiwa di masa depan.(Dunn, 2000: 366) Delphi merupakan sebuah proses pengumpulan opini dari sekelompok pakar yang mencermati kondisi-kondisi atau variabel-variabel yang telah mempengaruhi gugus sekolah. Para pakar diminta untuk memberikan respon (biasanya melalui surat) atas masing-masing pertanyaan lebih dari satu waktu (beberapa putaran). Selama putaran kedua, para pakar diberikan respon-respon kelompok. Selama putaran ketiga, para pakar itu memberikan jawaban yang ekstrem yang ditanyakan kembali untuk memberikan alas an atas jawaban-jawaban mereka. Alasannya diringkaskan secara tanpa nama untuk putaran berikutnya, dan seterusnya.
Kelebihan
1. Putaran-putaran tambahan dari kontak dan umpan balik nampaknya memberikan kontribusi kepada keakuratan.
2. Metode tersebut cenderung diterima oleh organisasi-organisasi.
3. Delphi cenderung tidak mahal daripada metode-metode lainnya.
4. Metode ini lebih mudah dikelola (via surat).
5. Para pengguna memahami metode tersebut.
Kekurangan
1. Metode tersebut memakan waktu
2. Nilainya cenderung dinilai berlebihan
Kasus:
Para pengawas sekolah tertarik dalam mengidentifikasikan, untuk tujuan-tujuan perencanaan jangka panjang, variable terpenting tunggal yang mempengaruhi prestasi membaca. Dia mengarahkan asisten pengawas pengajaran untuk mempertahankan salah satu dari para pakar membaca yang paling dikenali lagi di seluruh negara dengan tujuan mempersiapkan suatu pertanyaan mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi prestasi membaca. Disamping itu, asisten pengawas pengajaran diinstruksikan untuk menggunakan metode Delphi untuk memastikan dari suatu kelompok pakar membaca, setengah dari yang ada dalam gugus sekolah, dan setengah dari college pendidikan lokal, variabel terpenting manakah yang mempengaruhi kemampuan membaca itu.
Berikut ini adalah suatu ringkasan kuesioner dan hasil yang dikirimkan ke masing-masing pakar membaca dalam enam putaran
NO | Variabel yang mempengaruhi Prestasi membaca* | A | B | C | D | E | F |
1. | Instruksi Membaca yang pribadi | 2 | 2 | 2 | 2 | 3 | 4 |
2 | Pola-pola pembuatan kelompok | 4 | 9 | 4 | 6 | 7 | 5 |
3. | Materi membaca yang memadai | 5 | 3 | 3 | 1 | 4 | 3 |
4. | Pengajaran eksklusif dengan keterampilan dasar pada tingkatan pertama | 1 | 1 | 1 | 3 | 1 | 1 |
5. | Penerapan Program membaca sendirian | 9 | 5 | 6 | 7 | 6 | 2 |
6. | Pengenalan dini membaca | 10 | 6 | 5 | 9 | 5 | 6 |
7. | Kepala sekolah yang berkomitmen | 7 | 7 | 9 | 4 | 9 | 7 |
8. | Integrasi | 8 | 4 | 8 | 5 | 2 | 8 |
9. | Faktor-faktor sosio ekonomi | 6 | 10 | 10 | 8 | 10 | 10 |
10. | Materi pelajaran Membaca yang assorted | 3 | 8 | 7 | 10 | 8 | 9 |
* Diasumsikan bahwa para guru sangat terlatih dalam membaca
Komentar-komentar ekstrem yang berkaitan dengan putaran 5 adalah sebagai berikut :
Point 4. Terlalu banyak subyek non dasar yang diajarkan pada tingkat pertama, mengurangi banyaknya waktu yang dikeluarkan dalam pengajaran - pengajaran membaca formal dan informal.
Point 7. Tanpa seorang kepala sekolah yang berkomitmen, kemampuan membaca akan buruk.
Informasi ini menuntun asisten pengawas untuk pengajaran untuk menghasilkan asumsi-asumsi perencanaan berikut ini : Diasumsikan untuk tujuan-tujuan perencanaan bahwa faktor terpenting tunggal yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah pengajaran eksklusif atas subyek keterampilan dasar pada tingkat-tingkat pertama.
b). Metode : E-T-E (Estimate- Talk-Estimate)
Suatu kelompok yang terdiri dari para administrator atau pakar, pada suatu rapat terstruktur,diminta untuk secara mandiri dan tanpa nama membuat suatu prediksi mengenai kondisi atau variabel dengan pertimbangan. Tanpa mengungkapkan jawaban pribadi mereka, kelompok tersebut mendiskusikan secara tertentu mengenai masing-masing respon. Setelah diskusi awal ini, masing-masing individu diminta sekali lagi untuk membuat suatu prediksi. Dengan menggunakan hasil dari putaran kedua dalam tanggapan-tanggapan, pengawas membuat suatu prediksi, yang lalu menjadi basis untuk sampai pada suatu asumsi perencanaan.
Keunggulan
1. E-T-E cenderung memberikan ketepatan yang lebih besar daripada membuat rata-rata respon pada suatu pertemuan tradisional.
2. Proses tersebut dapat diselesaikan secara ekspedisi.
kekurangan
1. Kadang-kadang para individu cenderung secara sederhana menyajikan prediksi-prediksi mereka tanpa memberikan bukti.
2. Proses tersebut cenderung kurang akurat untuk perencanaan jangka panjang daripada untuk perencanaan jangka pendek .
Kasus:
Pengawas sekolah berkepentingan dalam memprediksikan kebutuhan pelayanan dari guru sekunder dalam periode lima tahun. Suatu keputusan telah dibuat sehingga metode E-T-E akan digunakan untuk estimasi-estimasi dasar. Hasilnya adalah berikut ini:
Yang diundang berpartisipasi | Hasil diskusi Putaran pertama | Hasil keputusan Putaran Kedua |
Wakil Pengawas | Membuat alokasi utk perbedaan-perbedaan individu | Pengajaran diagnostik-perkriptif |
Asisten Pengawas untuk pengajaran | Pengajaran perspektif diagnostik- | Pengajaran diagnostik-perkriptif |
Direktur Pendidikan tingkat lanjutan | Bagaimana menggunakan tujuan-tujuan perilaku | Mengajar siswa utk menggunakan kekuatan otak secara keseluruhan |
Direktur Pendidikan dasar | Individualisasi pengajaran | Individualisasi pengajaran |
Pengawas di daerah | Mengajar siswa utk Menggunakan kemampuan Otak secara keseluruhan | Mengajar siswa utk menggunakan kemampuan otak secara keseluruhan |
Profesor pendidikan | Bagaimana mengindividualkan pengajaran | Individualisasi pengajaran |
Profesor pendidikan | Bagaimana mengindividualkan pengajaran | |
Asumsi Perencanaan Hasil :
Diasumsikan dengan tujuan bahwa guru-guru tingkat lanjutan dilengkapi dengan peralatan untuk mengajar siswa untuk menggunakan seluruh kemampuan otaknya.
2. Metode Peramalan Kuantitatif
a). Metode : Matematis
Dengan metode matematis, suatu formula atau model dikembangkan untuk memprediksikan hasil dari suatu variabel atau kondisi yang dapat mempengaruhi kinerja sekolah.
Keunggulan
1. Metode matematis cenderung menjadi lebih obyektif daripada beberapa metode lainnya.
2. Metode tersebut akurat.
Kekurangan
1. Beban biaya tambahan untuk ilmu komputer dapat diperlukan untuk sampai pada suatu prediksi yang akurat.
2. Data yang tidak memadai dapat berpengaruh sebaliknya pada hasil
3. Kadang-kadang seorang pakar bisa diperlukan untuk menentukan formula terbaik untuk digunakan untuk sampai pada suatu prediksi.
Kasus:
Asisten pengawas untuk bisnis telah diperlukan untuk sampai pada suatu formula dan untuk mempersiapkan asumsi perencanaan jangka pendek pada biaya berapa dari vandalisme yang akan terjadi selama tahun ajaran berikutnya. Biaya untuk kerusakan untuk lima tahun sebelumnya adalah :
Tahun | Biaya |
1 | 780.000. |
2 | 960.000. |
3 | 875.000. |
4. | 979.000. |
5. | 1.001.000. |
Formula : Metode Perbedaan Mean
Yn = Biaya kerusakan untuk tahun ajaran berikutnya
Yn = Yn – 1 + (Y2 –Y1) + (Y3 – Y2) + (Y4 – Y3)
n – 1
Yn = 1.001.000 + (960.000 – 780.000) + (875.000 – 960.000) (960.000 – 875.000) + (1.001.000 – 979.000).
5
Yn = 1.001.000 + 44.300
Yn = 1.045.300
Jawaban tersebut digunakan sebagai dasar untuk mempersiapkan asumsi perencanaan berikut ini : Diasumsikan untuk tujuan–tujuan perencanaan bahwa biaya-biaya kerusakan untuk tahun ajaran berikutnya akan menjadi $ 1.045.300.
b). Metode Kecenderungan dan Siklus
Proses meringkas data yang berkaitan dari kecenderungan dan siklus di masa lalu dengan menyaring informasi melalui tulisan, rumus, atau model, dan membuat suatu prediksi adalah metode kecenderungan dan siklus.
Keunggulan
1. Situasi-situasi yang sama dapat digunakan untuk membuat suatu prediksi.
2. Sebagaimana jumlah data historis meningkat demikian juga keakuratan dalam prediksi tersebut.
Kekurangan
1. Perubahan lingkungan masa datang dapat membuat prediksi tersebut invalid.
2. Data historis penting hanya jika data itu berkala dan akurat.
3. Metode ini dapat memakan waktu, tergantung pada ketersediaan data dan sumber daya manusianya.
Kasus:
Asisten pengawas dalam pengajaran telah disyaratkan oleh pengawas sekolah untuk memprediksikan jumlah siswa yang tidak mencapai level kelulusan dalam pelajaran matematika di kelas delapan pada akhir tahun ajaran berikutnya.
Dengan menggunakan data historis berikut, perhitungan berikut dihasilkan :
Tahun | Siswa yang tidak mencapai level kelulusan dalam mata pelajaran matematika | Tabulasi |
1 | 750 | 80 |
2 | 670 | 105 |
3 | 565 | (195) |
4 | 760 | 70 |
5 | 690 | 55 |
6 | ? | |
Prediksi untuk tahun keenam adalah 635.
Asumsi perencanaan hasil :
Diasumsikan untuk tujuan perencanaan bahwa 635 lulusan kelas delapan tidak akan mencapai level kelas delapan dalam pelajaran matematika.
3. Metode Peramalan Campuran
Yang berikut ini mewakili dua metode kuantitatif/kualitatif dari pembuatan proyeksi .
a) Metode : Cohort Survival
Metode Cohort Survival digunakan untuk meramalkan penggunaan peran dalam gugus sekolah. Ini secara esensial merupakan suatu proyeksi linear yang didasarkan pada data kecenderungan historis. Ada empat langkah dasar untuk menghitung proyeksi-proyeksi ini :
Langkah I : Tentukan jumlah lima kelahiran dalam gugus sekolah untuk masing-masing tahun untuk sepuluh tahun terakhir.
Langkah II : Dengan menggunakan informasi kelahiran, indikasikan permainan peran pada kelas pertama yang aktual untuk lima tahun pertama.
Langkah III : Dengan menggunakan gambar permainan pasca peran selama lima tahun pertama,hitunglah rasio cohort survival dengan membagi penggunaan peran aktual dengan lima kelahiran penduduk.
Langkah IV : Lengkapilah tabel permainan peran yang diproyeksikan untuk semua kelas
Keunggulan
1. Metode tersebut mudah dihitung.
2. Dengan mudah dapat diakomodasikan dengan komputer.
3. Informasi dapat diakses secara mudah.
Kekurangan
1. Karena permainan peran di TK naik turun di banyak gugus sekolah, permainan peran di kels pertama seharusnya digunakan sebagai suatu dasar untuk menghitung permainan peran dimasa datang.
2. Peramalan bisa jadi lebih akurat jika estimasi pada kelas pertama didasarkan pada angka-angka dari anak-anak berusia empat tahun yang dihitung dalam sensus di gugus sekolah tersebut.
3. Suatu situasi “murni” hampir tidak pernah ada; oleh karenanya, banyak variabel dapat mempengaruhi penggunaan peran di masa datang.
4. Metode tersebut cenderung subyektif.
Kasus:
Pengawas sekolah meminta asisten pengawas dalam urusan administrasi untuk menghitung penggunaan peran pada kelas pertama selama satu periode lima tahun. Informasi ini kemudian akan digunakan untuk mencapai suatu pernggunaan peran di TK yang lebih akurat untuk periode yang sama. Asisten pengawas memutuskan untuk menggunakan metode cohort survival untuk menampilkan proyeksi-proyeksi. Bagan dan perhitungan berikut berhasil dibuat :
Kelahiran | First Grade enrollment | |||
Tahun | Jumlah kelahiran Penduduk | Tahun ajaran | Fall Enrollment | Rasio Daya Tahan |
(1) | (2) | (3) | (4) | (Col 4/Col2) |
1970 | 200 | 1976 - 77 | 165 | 0.825 |
1971 | 210 | 1977 - 78 | 169 | 0.804 |
1972 | 238 | 1978 - 79 | 175 | 0.735 |
1973 | 215 | 1979 - 80 | 171 | 0.795 |
1974 | 207 | 1980 - 81 | 160 | 0.773 |
1975 | 210 | 1981 - 82 | 165 | 0.789 |
1976 | 202 | 1982 - 83 | 159 | 0.786 |
1977 | 198 | 1983 - 84 | 146 | 0.786 |
1978 | 194 | 1984 - 85 | 152 | 0.786 |
1979 | 194 | 1985 - 86 | 152 | 0.786 |
1980 | 190 | 1986 - 87 | 149 | 0.786 |
Asumsi-asumsi Perencanaan yang dihasilkan :
Diasumsikan untuk tujuan perencanaan bahwa penggunaan peran di kelas pertama akan menjadi sebagai berikut untuk lima tahun berikutnya :
Tahun | Jumlah |
1982-83 | 165 |
1983-84 | 159 |
1985-86 | 146 |
1986-87 | 152 |
1988-89 | 152 |
b). Metode : Pendekatan yang dipadukan
Pendekatan yang dipadukan menggunakan serangkaian metode untuk sampai pada suatu asumsi perencanaan tunggal. Masing-masing metode diberikan suatu beban, dan asumsi yang dihasilkan sampai pada suatu rata-rata tertimbang.
Keunggulan
1. Pendekatan ini memberikan informasi yang lebih akurat daripada sesuatu metode tunggal.
2. Berguna dalam menetapkan ketidakpastian
3. Memberikan suatu pengamanan terhadap contekan
4. Mengurangi resiko dengan meningkatkan keakuratan
Kekurangan
1. Hasilnya cenderung tidak lagi berada pada basis jangka panjang daripada pada basis jangka pendek.
2. Pendekatan ini hanya memberikan suatu peningkatan sederhana dalam keakuratan
Kasus:
Dewan pendidikan (board of education) meminta pengawas sekolah untuk memprediksikan tingkat dropout di sekolah menengah atas selama lima tahun. Untuk memastikan keakuratan yang lebih besar, pendekatan yang dipadukan digunakan. Hasilnya adalah :
Metode | Beban | Prediksi | Hasil tabulasi |
Delphi | 2 | 31% | 62 |
E-T-E | 1 | 29% | 29 |
Matematis | 4 | 40% | 160 |
Kecenderungan dan siklus | 3 | 38% | 114 |
Total | 10 | | 365 |
Hasil pendekatan Terpadu : 365 :10 = 36,5%
Asumsi-asumsi perencanaan Hasil :
Diasumsikan untuk tujuan–tujuan perencanaan bahwa tingkat dropout dalam sekolah menengah atas akan mencapai 36,5 persen dalam lima tahun.
c). Metode: Pendekatan Worksheet (lembar kerja)
Suatu worksheet dibuat oleh seorang administrator unit perencanaan pusat dengan mengidentifikasikan kejadian-kejadian atau variabel-variabel yang mungkin memiliki suatu dampak yang signifikan pada kinerja gugus sekolah dan mendaftarnya dengan urut-urutan menurut pentingnya. Dari kejadian-kejadian dan variabel-variabel ini,asumsi-asumsi perencanaan dikategorisasikan,diformulasikan, dan di-update secara terus-menerus dan diikuti jejaknya.
Keunggulan
1. Suatu worksheet (lembar kerja) berguna untuk mempersiapkan asumsi-asumsi perencanaan untuk proses penganggaran (budgetair).
2. Dapat digunakan dalam kaitannya dengan banyak metode yang berbeda.
3. Memuat suatu sistem untuk mempertahankan asumsi-asumsi perencanaan yang ada sekarang.
Kekurangan
Metode tersebut dapat memakan waktu, tergantung pada metode-metode yang berbeda yang digunakan untuk sampai pada asumnsi-asumsi perencanaan.
Kasus:
Pengawas telah menginstruksikan asisten pengawas bisnis untuk menggunakan pendekatan worksheet untuk membuat draft (rancangan) suatu daftar dari asumsi-asumsi perencanaan untuk anggaran gugus sekolah tahun berikutnya.
F. SUMBER-SUMBER ASUMSI PERENCANAAN
Ada banyak bidang yang seharusnya dikaji oleh administrator unit perencanaan sebelum dia mempersiapkan asumsi-asumsi perencanaan.
1. Hasil Pokok
Bidang-bidang hasil pokok dari para administrator unit perencanaan dapat menjadi indikator yang efektif mengenai dimana asumsi-asumsi perencanaan seharusnya dibuat. Deskripsi tugas (job description) merupakan suatu sumber informasi yang tidak bernilai.
Item
Suatu bidang hasil pokok mengenai asisten pengawas untuk pengajaran mengungkapkan hal berikut ini : “Mengimplementasikan suatu kurikulum yang berorientasi hasil.”
Asumsi Perencanaan
Diasumsikan untuk kegunaan-kegunaan perencanaan bahwa keterikatan tujuan-tujuan perilaku seharusnya menjadi indeks untuk menilai keberhasilan siswa.
2. Anggaran Sekolah yang ada sekarang
Anggaran sekolah yang ada sekarang seharusnya dikaji untuk mengembangkan asumsi-asumsi perencanaan yang sesuai,baik untuk menyiapakan anggaran tahun berikutnya atau untuk membuat rencana-rencana jangka panjang atau jangka pendek.
Item
Anggaran sekolah yang ada sekarnag mengungkapkan bahwa kenaikan anggaran seluruh tahun yang lalu adalah 8,4 persen.
Asumsi Perencanaan
Diasumsikan untuk tujuan-tujuan perencanaan bahwa kenaikan dalam seluruh anggaran operasi, termasuk gaji, tidak akan melampaui 9 persen.
3. Prioritas-prioritas yang ditetapkan
Suatu daftar prioritas,baik untuk tahun ajaran sekarang atau untuk tahun berikutnya, merupakan suatu sumber yang tak ternilai dari asumsi-asumsi perencanaan besar.
Item
Prioritas-prioritas program diurutkan menurut peringkatnya sebagai berikut :
1. Matematika
2. Membaca
3. Pendidikan dwibahasa
4. Ilmu pengetahuan
5. Pendidikan seks
Asumsi Perencanaan
Diasumsikan untuk tujuan-tujuan perencanaan bahwa pengembangan program pengajaran akan ditekankan pada pelajaran matematika, membaca, dan pendidikan dwibahasa.
4. Data Penilaian Kebutuhan
Salah satu metode terbaik untuk menentukan asumsi-asumsi perencanaan adalah dengan mengkaji ulang informasi yang dikumpulkan melalui analisis kritis dan merumuskan “batas-batas” perencanaan.
Item
Data analisis kritis mengungkapkan kebutuhan untuk memiliki seseorang untuk memperoleh dana negara bagian dan federal.
Asumsi Perencanaan :
Diasumsikan untuk tujuan-tujuan perencanaan bahwa dewan pendidikan akan mengabulkan untuk mempekerjakan seseorang untuk mencari dan memperoleh dana pendidikan.
5. Persyaratan Perundang-undangan
Para administrator unit perencanaan harus mengkaji perundang-undangan baru untuk menentukan dampaknya pada gugus sekolah. Misalnya, perundang-undangan kesempatan tindakan untuk pihak yang bertindak atas nama federal dan negara bagian yang memberikan mandat bahwa para administrator menggunakan suatu program untuk menyeleksi orang yang memberikan pertimbangan secara adil kepada semua kelompok etnis.
Item
Suatu hukum negara bagian yang baru memberikan mandat bahwa jaminan bagi pengangguran diambil dari gaji para guru.
Asumsi Perencanaan :
Diasumsikan untuk tujuan-tujuan perencanaan bahwa jaminan bagi pengangguran dihitung pada sebesar 4,5 persen dari gaji kotor.
6. Daftar yang ada mengenai asumsi-asumsi Perencanaan
Tidak ada administrator unit perencanaan yang seharusnya menyiapkan asumsi-asumsi perencanaan tanpa mengkaji daftar yang ada sekarang, yang akan menjadi yang tersisa mengenai asumsi-asumsi perencanaan yang ada sekarang dan menjadikan administrator dapat untuk meng-update asumsi-asumsi itu yang relevan terhadap tahun ajaran yang akan datang.
Item
Daftar yang ada sekarang mengenai asumsi perencanaan mengungkapkan hal berikut : “tidak lebih dari tiga program membaca yang diimplementasikan pada tingkat primer dan intermediet.”
Dewan pendidikan dikenal melalui program ujian bahwa salah satu program membaca lebih efektif melalui suatu ukuran yang besar daripada dua yang lainnya, dan menginstruksikan pengawas untuk meniadakan dua program lainnya.
Asumsi Perencanaan
Diasumsikan untuk tujuan-tujuan perencanaan bahwa Program Membaca yang ada sekarang akan menjadi program membaca tunggal yang diimplementasikan dalam gugus sekolah pada tingkat dasar.
G. ASUMSI-ASUMSI PERENCANAAN sebagai KONTROL
Asumsi-asumsi perencanaan harus dinyatakan secara jelas dan dilacak secara terus-menerus selama periode perencanaan dan pelaksanaan untuk menentukan apakah semua itu valid. Gambar 5-2 menunjukkan bagaimana asumsi-asumsi perencanaan dapat digunakan untuk pengendalian. Asumsi perencanaan yang diprediksikan memberikan suatu indeks biaya hidup sebesar 7,2 persen. Walaupun tujuan peralatan dan bahan pembelian pada awalnya tidak relevan dengan asumsi ini,ia menjadi relevan ketika ditentukan bahwa indeks biaya hidup tidak dinyatakan sebesar 1,3 persen. Asumsi perencanaan yang dikoreksi digunakan sebagai basis untuk memodifikasi semua tujuan jangka pendek yang memadai. Langkah terakhir adalah membuat penyesuaian-penyesuaian dalam lembar kerja (worksheet) dan melengkapi suatu Rapor Pengecualian Perencanaan.
H. PENCATATAN ASUMSI-ASUMSI PERENCANAAN
Ketika lingkungan sekolah lebih stabil atau dapat diprediksikan, semuanya baik-baik untuk membuat proyeksi-proyeksi tunggal atau asumsi-asumsi perencanaan untuk digunakan dalam proses penganggaran dalam pendidikan masyarakat. Namun demikian, Waktu dan kondisi yang berubah cepat telah melahirkan suatu persyaratan untuk proyeksi-proyeksi berganda. Beberapa penjelasan mengenai masa depan memberikan informasi lebih banyak mengenai tujuan perencanaan.
Instrumen yang digunakan untuk mencatat asumsi-asumsi perencanaan adalah suatu skenario. Lebih spesifik, suatu skenario merupakan suatu deskripsi mengenai suatu masa depan yang mungkin atau kemungkinan dapat terjadi. Kata tersebut bisanya digunakan dalam bentuk jamak; scenarios (skenario-skenario) melukiskan berbagai kemungkinan untuk masa depan. Ada tiga macam skenario secara dasar :
1. Individual : Skenario ini biasanya melukiskan suatu perangkat tunggal mengenai asumsi-asumsi suatu subyek umum atau subyek ganda.
2. Ganda : Skenario ini menggambarkan rentang masa depan atau alternatif kemungkinan-kemungkinan masa depan.
Gambar 5-2. Tahap-tahapan untuk menyatakan dan Melacak Asumsi-asumsi Perencanaan
3. Spesial : Skenario ini mengidentifikasikan seperangkat asumsi perencanaan untuk suatu bidang subyek yang terspesialisasi seperi “perundang-undangan yang dapat mempengaruhi pendidikan publik.”
Skenario-skenario dimaksudkan untuk :
a) Meningkatkan kehati-hatian administrator unit perencanaan mengenai masa depan untuk menghindarkan kejutan-kejutan.
b) Bertindak sebagai suatu batu loncatan untuk kembali kepada suatu rencana yang berbalik arah jika rencana asalnya menjadi tidak sah (invalid).
c) Digunakan oleh suatu tim untuk meneliti dan memahami masa depan untuk direncanakan secara lebih efektif.
Skenario-skenario dapat dikembangkan untuk suatu pemilik subyek atau tema; pada kenyataannya,sesuatu subyek yang dapat memiliki suatu dampak pada gugus sekolah dapat digunakan untuk membuat suatu skenario. Namun, skenario-skenario biasanya digunakan untuk subyek-subyek yang dispesialisasikan, seperti dalam kasus-kasus berikut ini :
1. Efek dari sistem klasifikasi mengenai departemen pendidikan negara bagian mengenai gugus sekolah.
2. Meningkatnya tingkat absensi staf karena sakit .
3. Ketersediaan anggota staf yang diperlukan.
4. Pengaruh pendidikan publik mengenai hasil dari pemilihan gubernur.
5. Biaya untuk menggandakan dokumen-dokumen pada gugus sekolah.
6. Perubahan sosial pada gugus sekolah.
Skenario-skenario dapat dibuat dengan menggunakan salah satu dari beberapa kelompok kemungkinan berikut ini :
1. Paling mungkin --- Pesimistik –Optimistik
2. Baik—Buruk
3. Probabilitas 50 persen – Probabilitas 70 persen – Probabilitas 100 persen
4. Perkiraan terbaik – -Optimistik—Pesimistik
5. Kecenderungan yang paling mungkin – Lebih tinggi – Lebih rendah
a) Siapa yang Seharusnya Membuat Skenario
Pembuatan skenario biasanya merupakan tanggung jawab dari unit perencanaan pusat. Namun, metode-metode berikut ini dapat digunakan untuk menyiapkan scenario :
1. Gugus tugas khusus
2. Tim peneliti Lingkungan
3. Tim yang terdiri dari para pakar atau konsultan dalam bidang-bidang khusus.
4. Seorang administrator yang ditugaskan untuk menginterogasi orang-orang yang berpengetahuan untuk tujuan membuat skenario.
5. Pengamat atau analis lingkungan
6. Organisasi-organisasi pendamping lainnya.
7. Departemen peramalan.
8. Divisi Riset dan Evaluasi
9. Panitia (komite) ad hoc.
b) Menyiapkan Skenario
Proses untuk membuat skenario sama dengan untuk menyiapkan asumsi-asumsi perencanaan; namun demikian, ada beberapa perbedaan yang esensial. Secara dasar, ada lima tahap yang dilibatkan:
1. Melaksanakan analisis kritis sebagaimana dijelaskan di muka dalam buku ini
2. Memilih indikator-indikator kritis dengan menganalisis faktor-faktor lingkungan apa saja yang akan memiliki suatu dampak besar pada gugus sekolah dan menentukan indikator kunci dari faktor-faktor ini. suatu komite dapat dibentuk untuk membantu dalam mengevaluasi masa depan gugus sekolah tersebut.
3. Membentuk suatu basis untuk masing-masing indikator. Analisislah alasan untuk kinerja di masa lalu, dan persiapkan instrumen Delphi untuk digunakan oleh panitia (komite) tersebut.
4. Aktifkanlah panel Delphi. Buatlah panel Delphi melakukan hal berikut :
a. Menilai kinerja dan kecenderungan di masa lalu.
b. Menilai probabilitas dampak potensial dari kecenderungan-kecenderungan pada gugus sekolah.
c. Proyeksikan kejadian di masa datang.
5. Siapkanlah skenario dengan menggunakan tiga probabilitas (kemungkinan).
PENUTUP
A. REKOMENDASI
Ketika asumsi-asumsi perencanaan disiapkan untuk pertama kalinya,semuanya akan membutuhkan banyak kerja keras dan jumlah waktu yang cukup banyak. Namun, masing-masing pengulangan akan membuat tugas tersebut lebih mudah. Segera perumusan asumsi perencanaan akan menjadi pembentukan kebiasaan,mengurangi jumlah kerja dan waktu yang dilibatkan. Ketika unsur ini dalam proses perencanaan strategik atau operasional menjadi suatu jalan hidup dalam suatu gugus sekolah, ia akan diterima dengan meningkatnya ketertarikan dan kegunaan karena perhatian diberikan kepada perencanaan untuk masa depan, kebutuhan untuk membuat suatu perbandingan diantara fakta-fakta yang diprediksikan dan aktual, dan pertanyaan untuk meningkatkan prediksi mengenai banyaknya peristiwa dan variabel yang akan memiliki suatu dampak yang signifikan dalam kinerja.
Asumsi-asumsi perencanaan yang lebih banyak digunakan,ketertarikan yang lebih besar dibuat oleh para administrator unit perencanaan. Ketertarikan yang dipertinggi bukan karena dengan sendirinya berkaitan dengan penggunaan asumsi-asumsi perencanaan, tetapi kepada suatu sistem manajerial yang efektif. Suatu rencana keluar yang dipikirkan dengan baik jarang dapat dicapai tanpa suatu kerangka kerja organisasional,kebijakan, prosedur, koordinasi,dan kontrol yang menonjol.Perumusan dan penggunaan secara efektif asumsi perencanaan dapat mendesakkan suatu pengaruh positif mengenai praktek manajemen sekolah baik dalam perencanaan atau juga proses penganggaran. Asumsi-asumsi perencanaan cenderung yang terbanyak dibutuhkan selama saat-saat sulit. Walaupun semua itu dapat digunakan sebagai suatu bendera merah untuk memicu tindakan-tindakan positif untuk mengkonsentrasikan kemampuan intelektual yang mungkin maksimum dan sumber daya atas kejadian-kejadian atau variabel negatif dan untuk mengkoreksi perubahan yang tidak diperingatkan di lingkungan komunitas sekolah.
Hal-Hal Penting Menyiapkan Asumsi Perencanaan
Dalam membuat asumsi-asumsi perencanaan harus memperhatikan poin-poin di bawah ini, bahwa asumsi-asumsi perencanaan :
1. Merupakan variabel-variabel dinamis dan beberapa merupakan subyek untuk melakukan perubahan.
2. Seharusnya dibuat untuk rencana jangka panjang dan pendek.
3. Seharusnya disiapkan oleh mereka pada level unit perencanaan pusat.
4. Kapanpun memungkinkan,seharusnya dibuat dengan menggunakan pendekatan lembar kerja (worksheet).
5. Seharusnya disebarkan dan dibahas dengan yang bertanggung jawab untuk perencanaan.
6. Seharusnya diubah ketika kondisi-kondisi membutuhkan dan penilaian yang memadai seharusnya dibuat dalam perencanaan-perencanaan.
7. Disyaratkan untuk disiapkan sebelum penyiapan anggaran sekolah.
8. Seharusnya disiapkan dengan pemeliharaan dengan cermat oleh masing-masing administrator unit perencana, dengan bantuan supervisor, dan kemudian direvisi, dimodifikasi, dan dilengkapi oleh para administrator perencana pusat dan akhirnya dikirimkan untuk penelitian dengan cermat dan persetujuan untuk dewan pendidikan.
9. Seperlunya memiliki beberapa kelemahan sangat kecil dibandingkan dengan keunggulan yang ditawarkan.
10. Menekan dan mengurangi keragu-raguan, langkah-langkah yang keliru, dan perubahan tindakan yang tidak diperingatkan, dan membantu meningkatkan kinerja individu.
11. Seharusnya disebarkan dengan hati-hati, khususnya jika memuat informasi yang sensitif dengan memperhatikan orang lain dan/atau organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar